Pages

Sabtu, 29 Desember 2012

Kompleks Candi Muaro Jambi (Bagian 2)

1 komentar
Pada postingan sebelumnya, yaitu bagian 1, saya sudah menjelaskan beberapa mengenai candi-candi di Kompleks Candi Muaro Jambi. Nah, pada bagian 2 ini, saya akan melanjutkan postingan sebelumnya tersebut. Selamat membaca. ^^


  • Candi Astano
Candi Astano merupakan pemakaman. Astano artinya makam atau kuburan. Nama Candi Astano juga berasal dari masyarakat. Di sana merupakan bekas semacam tempat untuk kremasi (tempat upacara pemakaman mayat).

(Candi Astano)

  • Candi Gedong
Candi Gedong terdiri dari Candi Gedong I dan Candi Geong II. Candi Gedong I dan Candi Gedong II berada di tempat yang berdekatan. Di antara Candi Gedong I dan Candi Gedong II terdapat pembatas dan pintu masuk dimana Candi Gedong II merupakan bangunan utama. Di sana juga terdapat bata-bata asli dari bangunan Candi Gedong. Bata-bata tersebut sengaja dibiarkan dan diletakkan di tempatnya agar orang-orang dapat melihat bagaimana bentuk Candi Gedong saat ditemukan.

(Candi Gedong I)

 (Pintu Gerbang Candi Gedong II)

(Pintu Gerbang Candi Gedong II)

(Candi Gedong II)

  • Candi Kedaton
Pada dinding Candi Kedaton ini ada yang berbeda, yaitu terdapat ukiran pada dinding candi tersebut. Di Candi Kedaton terdapat makara-makara, yaitu makara yang berbentuk belalai gajah dan seekor kera, dan makara yang berbentuk belalai gajah dan ular. Makara ini diletakkan di kiri dan kanan pintu masuk, dimana makara dipercaya sebagai penolak bala.

(Candi Kedaton)

(Makara berbentuk belalai gajah dan seekor kera)

(Makara berbentuk belalai gajah dan ular)

  • Candi Kotomahligai
Pada Candi Kotomahligai terdapat banyak pohon-pohon besar. Pohon tersebut bernama Pohon Sialang. Candi Kotomahligai terdapat di bawah batang pohon-pohon tersebut.

(Candi Kotomahligai)

(Pohon Sialang)

  • Manapo
Manapo ialah gundukan tanah yang di dalamnya terdapat struktur bata.

(Manapo Sungai Jambi -- 32)

(Manapo Parit Duku -- 33)

(Manapo Sungai Melayu -- 36)

(Manapo Gedong I -- 44)

  • Kompleks Candi Muaro Jambi
S. C. Crooke adalah orang yang pertama kali menemukan candi-candi di sini. Dia meninggalkan catatan dan pada tahun 1922 orang Belanda yang bernama Schnitger datang berdasarkan catatan S. C. Crooke. Mereka melakukan penelitian, penggalian, dll. Kemudian pada tahun 1956, baru dilanjutkan oleh arkeolog Soekmono. Lalu pada tahun 1978 baru melakukan proses pemugaran. Catatan tersebut masih ada dan disimpan.
Candi-candi di kompleks ini ditemukan dari dalam tanah. Sebelumnya tertimbun seperti bukit. Para arkeolog menggali tanah tersebut, kemudian melakukan pemugaran. Mereka menggali, kemudian menimbun tanah-tanah tersebut, lalu melakukan rekonstruksi di atasnya.
Pintu gerbang tiap-tiap candi selalu menghadap ke timur. Hal ini disebabkan karena pada ajaran Budha, matahari selalu terbit dari arah timur. Maka dari itu, setiap pintu gerbang menghadap ke timur.
Candi-candi pada kompleks ini merupakan percandian agama Budha Mahayana.

Sumber:
Ketua Organisasi Dwarapala Muja (Penjaga Muarajambi): Abdul Haviz

Kesimpulan dari saya:
Setelah diteliti, Candi Muarajambi merupakan percandian agama Buddha Mahayana. Hal ini dikuatkan dengan ditemukannya artefak-artefak. Para biksu dari dalam negeri maupun mancanegara telah banyak mengunjungi candi-candi yang ada di kompleks percandian. Apalagi setelah ditemukannya makara di Candi Kedaton. Candi Kedaton merupakan candi terbesar yang ada di kawasan percandian. Untuk melakukan perjalanan ke sana memakan waktu yang cukup banyak karena lokasinya yang memang cukup jauh dari pusat informasi.
Di Candi Gedong, terdapat berbagai tanaman, salah satunya pohon yang dapat menghasilkan kayu terbaik. Ada juga pohon karet, dan lain-lain. Di depan Candi Gedong II, juga terdapat Bunga Bangkai yang telah membusuk. Warnanya hitam dan tidak mengeluarkan bau apapun. Saat keluar dari Candi Kotomahligai pun juga terdapat jamur yang sangat besar di salah satu batang pohon.
Selama perjalanan juga kita dapat menemukan hewan-hewan seperti kelabang dan anak kalajengking yang sering terdapat di tumpukan bata-bata.
Suasana di kawasan Candi Muarajambi nyaris mirip seperti hutan. Karena masih adanya pohon-pohon rindang dan jalan-jalan setapak. Apalagi Percandian Muarajambi ini dekat dengan pemukiman penduduk.
.
.
.
.
.
.
Semoga informasi dari saya bermanfaat bagi Anda. Terima kasih  dan lestarikan peninggalan sejarah di Indonesia! ^^

Sabtu, 08 Desember 2012

Kompleks Candi Muaro Jambi (Bagian 1)

0 komentar
Saat lagi mengobrak-abrik files di laptop, saya ketemu sama foto-foto saat saya dan temen-temen pergi berkunjung ke Kompleks Candi Muaro Jambi. Saat itu saya dan temen-temen dari sekolah pergi ke sana untuk mengerjakan tugas sejarah kami (waktu itu saya masih duduk di bangku kelas 10). Ahh, jadi teringat gimana lelahnya pas muter-muter keliling kompleks percandian. ==" Nah, dari situlah tergerak hati saya untuk membuat postingan ini. :) Semoga kalian semua dapat menikmatinya dan menambah wawasan juga ya. ;)





Situs Purbakala Kompleks Percandian Muaro Jambi adalah sebuah kompleks percandian agama Hindu-Buddha terluas di Indonesia yang kemungkinan besar merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Kompleks percandian ini terletak diKecamatan Muaro SeboKabupaten Muaro JambiJambiIndonesia, tepatnya di tepi Batang Hari, sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi. Koordinat Selatan 01* 28'32" Timur 103* 40'04". Candi tersebut diperkirakakn berasal dari abad ke-11 M. Candi Muaro Jambi merupakan kompleks candi yang terbesar dan yang paling terawat di pulau Sumatera. Dan sejak tahun 2009 Kompleks Candi Muaro Jambi telah dicalonkan ke UNESCO untuk menjadi Situs Warisan Dunia.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kompleks_Candi_Muaro_Jambi

  • Pusat Informasi Kawasan Percandian Muarajambi

Saat memasuki kawasan percandian, kita akan segera menjumpai tempat pusat informasi mengenai percandian Muarajambi bagi wisatawan yang berkunjung.





Di dalam pusat informasi, terdapat berbagai macam arca, artefak, serta peta lokasi mengenai candi-candi yang ada, dan yang jelas –informasi mengenai candi-candi. Perbedaan candi-candi yang ada di kompleks ini dengan candi di Jawa adalah karena kearifan lokal. Mereka lebih menyesuaikan alam. Maka dari itu mereka membuat candi di sini dari tanah liat. Di Jawa mereka menggunakan batu alam karena terdapat banyak pegunungan.

Berikut beberapa foto yang ada di dalam pusat informasi.


(Penjelasan Candi Kedaton) 

(Penjelasan Candi Gedong II) 

(Penjelasan Candi Tinggi)

 (Arca Gadjah-Singha)

(Artefak logam)

(Belangga Perunggu) 

(Dwarapala)

(Gajah Bermahkota) 

(Mata uang logam Cina)

(Padmasana) 

(Prajnaparamita)

(Umpak batu)

Di luar pusat informasi, terdapat batu yang berisi pengesahan percandian Muara Jambi sebagai wisata terpadu oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 22 September 2011. (Kenapa harus barengan dengan tanggal ultah saya!??? #dor)




  • Candi Gumpung dan Bata-bata yang Belum Dipugar
Setelah dari Pusat Informasi, tak jauh dari sana terdapat Candi Gumpung. Candi Gumpung memiliki halaman yang sangat luas. Di halaman tersebut, terdapat lubang yang di dalamnya terdapat bata-bata yang belum dipugar. Bata-bata tersebut masih berada di dalam tanah dan nanti akan dipugar ulang. Bata-bata tersebut merupakan bata asli dan ada beberapa bata yang hancur. Walaupun begiu, kita masih dapat melihat susunan bata tersebut sampai ke bawah. Di sana terdapat patokan yang membantu penyusunan bata-bata tersebut. Di sekitar halaman Candi Gumpung  terdapat tembok-tembok pembatas atau pagar yang merupakan penyekat dari ruang-ruang yang ada di sana. Jika bata-bata tersebut disusun kembali, dapat menjadi tembok-tembok pembatas tersebut yang ada pada kawasan Candi Gumpung. Di sana juga terdapat pagar dalam. Mereka (para arkeolog) baru melakukan registrasi kemudian pengupasan, dan lain-lainnya, lalu baru disusun ulang. Mereka menyusun bata-bata tersebut berdasarkan urutannya dan menyusunnya di atasnya kembali. Mereka menemukan bata-bata tersebut sudah cukup lama. Setelah mereka menemukannya, mereka melakukan sudi kelayakan apakah bata-bata tersebut masih bisa disusun ulang lagi atau tidak. Jika bata yang didapatkan masih bagus atau tidak hancur, mereka masih bisa melakukan rekonstruksi. Jika tidak, maka mereka tidak akan melakukan rekonstruksi dan hanya dibiarkan sesuai dengan bentuk yang mereka temukan. Bata yang asli terbuat dari tanah liat dan lebih lembab, dibandingkan bata sekarang yang kering dan mudah hancur. Untuk merekatkan bata-bata yang ada, para arkeolog menggunakan perekat dari semen murni.
Fungsi candi-candi yang ada ialah tempat seperti perguruan pada semua kawasan tersebut yang memiliki luas 2612 hektar. Jika melihat struktur dan arsitek berbeda-beda. Jika Candi Gumpung merupakan tempat ibadah, candi tersebut bisa menampung 1000 jemaat. Candi Gumpung memiliki halaman yang paling luas. Hal ini masih misteri, apakah halaman tersebut digunakan untuk mempelajari mantera kuno atau yang lainnya. Nama candi-candi yang ada di sini berasal dari warisan dari masyarakat lokal yang tinggal di sana atau nenek moyang. Nama Candi Gumpung berasal dari kata “gampung” yang artinya patah. Di dalam Candi Gumpung hanya terdapat bata, tidak ada ruangan.


(Candi Gumpung)

  • Lubang Umpak
Umpak ini diperkirakan kalau bangunan tersebut ada tiang. Karena tiangnya terbuat dari kayu, maka tidak ditemukan. Dahulu bangunan ini memiliki atap di sisi kiri dan kanannya. Lubang umpak sendiri berfungsi sebagai pondasi untuk berdirinya tiang bangunan tersebut.
Di dalam satu komplek candi, terdiri dari bangunan utama (candi), parwara, pintu gerbang, dan pagar keliling. Pada candi gumpung terdapat sekat-sekat ruangan pada pagar dalam. Jadi, umpak tersebut terdapat di parwara.

(Lubang Umpak)

  • Candi Tinggi
Nama Candi Tinggi hanya pemberian dari masyarakat setempat karena candi tersebut tinggi. Hal ini dikarenakan mereka belum bisa memastikan, termasuk fungsi dari candi ini. Tapi, yang jelas kawasan Candi Muarojambi adalah tempat pendidikan Buddhist. Dalam satu kawasan pasti ada tempat ibadah. Apakah Candi Tinggi, atau candi lainnya. Jika Candi Tinggi ialah tempat ibadah, maka Candi Gumpung tempat apa? Tidak mungkin tempat ibadah begitu berdekatan.


(Candi Tinggi -tampak depan-) 

(Candi Tinggi -tampak samping-)

  • Kanal
Kanal ini digunakan untuk mengunjungi candi-candi menggunakan transportasi air pada zaman dulu sekaligus sebagai sabuk pengaman kawasan. Jadi, kanal inilah pengaman seluruh kawasan Candi Muarajambi. Misalnya pengaman dari banjir ataupun kekurangan air. Jika ada serangan dari luar, mereka harus melewati kanal terlebih dahulu, sehingga tidak langsung masuk ke dalam areal candi. Selain itu juga sebagai pembatas kawasan.

(Kanal)

  • Candi Kembar Batu
Di sekitar Candi Kembar Batu terdapat parit keliling. Parit ini dibuat atas kearifan lokal. Parit keliling dibuat terlebih dahulu kemudian baru dibuat candinya. Fungsi parit ini sendiri untuk melindungi candi dan juga karena tanah di sana termasuk dataran rendah. Sehingga ketika banjir, airnya masuk ke parit dahulu. Jadi proses air untuk memasuki kawasan candi cukup lama, apalagi air hujan semakin lama akan semakin surut. Fungsi kembar batu belum bisa dipastikan. Banyak tumpukan-tumpukan Candi Parwara yang menyebar.

(Candi Kembar Batu -tampak dekat-) 

(Candi Kembar Batu -tampak jauh 1-) 

(Candi Kembar Batu -tampak jauh 2-)



Baiklah, segini dulu info yang saya beri. ^^ Masih ada beberapa candi lagi yang akan saya bahas pada Bagian 2. Terima kasih sudah membaca. :)