Saat lagi mengobrak-abrik files di laptop, saya ketemu sama foto-foto saat saya dan temen-temen pergi berkunjung ke Kompleks Candi Muaro Jambi. Saat itu saya dan temen-temen dari sekolah pergi ke sana untuk mengerjakan tugas sejarah kami (waktu itu saya masih duduk di bangku kelas 10). Ahh, jadi teringat gimana lelahnya pas muter-muter keliling kompleks percandian. ==" Nah, dari situlah tergerak hati saya untuk membuat postingan ini. :) Semoga kalian semua dapat menikmatinya dan menambah wawasan juga ya. ;)
Situs Purbakala Kompleks Percandian Muaro Jambi adalah sebuah kompleks percandian agama Hindu-Buddha terluas di Indonesia yang kemungkinan besar merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Kompleks percandian ini terletak diKecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Indonesia, tepatnya di tepi Batang Hari, sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi. Koordinat Selatan 01* 28'32" Timur 103* 40'04". Candi tersebut diperkirakakn berasal dari abad ke-11 M. Candi Muaro Jambi merupakan kompleks candi yang terbesar dan yang paling terawat di pulau Sumatera. Dan sejak tahun 2009 Kompleks Candi Muaro Jambi telah dicalonkan ke UNESCO untuk menjadi Situs Warisan Dunia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kompleks_Candi_Muaro_Jambi
Saat memasuki kawasan percandian, kita akan segera menjumpai tempat pusat informasi mengenai percandian Muarajambi bagi wisatawan yang berkunjung.
Di dalam pusat informasi, terdapat berbagai macam arca, artefak, serta peta lokasi mengenai candi-candi yang ada, dan yang jelas –informasi mengenai candi-candi. Perbedaan candi-candi yang ada di kompleks ini dengan candi di Jawa adalah karena kearifan lokal. Mereka lebih menyesuaikan alam. Maka dari itu mereka membuat candi di sini dari tanah liat. Di Jawa mereka menggunakan batu alam karena terdapat banyak pegunungan.
Berikut beberapa foto yang ada di dalam pusat informasi.
Di luar pusat informasi, terdapat batu yang berisi pengesahan percandian Muara Jambi sebagai wisata terpadu oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 22 September 2011. (Kenapa harus barengan dengan tanggal ultah saya!??? #dor)
Situs Purbakala Kompleks Percandian Muaro Jambi adalah sebuah kompleks percandian agama Hindu-Buddha terluas di Indonesia yang kemungkinan besar merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Kompleks percandian ini terletak diKecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Indonesia, tepatnya di tepi Batang Hari, sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi. Koordinat Selatan 01* 28'32" Timur 103* 40'04". Candi tersebut diperkirakakn berasal dari abad ke-11 M. Candi Muaro Jambi merupakan kompleks candi yang terbesar dan yang paling terawat di pulau Sumatera. Dan sejak tahun 2009 Kompleks Candi Muaro Jambi telah dicalonkan ke UNESCO untuk menjadi Situs Warisan Dunia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kompleks_Candi_Muaro_Jambi
- Pusat Informasi Kawasan Percandian Muarajambi
Saat memasuki kawasan percandian, kita akan segera menjumpai tempat pusat informasi mengenai percandian Muarajambi bagi wisatawan yang berkunjung.
Di dalam pusat informasi, terdapat berbagai macam arca, artefak, serta peta lokasi mengenai candi-candi yang ada, dan yang jelas –informasi mengenai candi-candi. Perbedaan candi-candi yang ada di kompleks ini dengan candi di Jawa adalah karena kearifan lokal. Mereka lebih menyesuaikan alam. Maka dari itu mereka membuat candi di sini dari tanah liat. Di Jawa mereka menggunakan batu alam karena terdapat banyak pegunungan.
Berikut beberapa foto yang ada di dalam pusat informasi.
(Penjelasan Candi Kedaton)
(Penjelasan Candi Gedong II)
(Penjelasan Candi Tinggi)
(Arca Gadjah-Singha)
(Artefak logam)
(Belangga
Perunggu)
(Dwarapala)
(Gajah Bermahkota)
(Mata uang logam Cina)
(Padmasana)
(Prajnaparamita)
(Umpak batu)
Di luar pusat informasi, terdapat batu yang berisi pengesahan percandian Muara Jambi sebagai wisata terpadu oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 22 September 2011. (Kenapa harus barengan dengan tanggal ultah saya!??? #dor)
- Candi Gumpung dan Bata-bata yang Belum Dipugar
Setelah
dari Pusat Informasi, tak jauh dari sana terdapat Candi Gumpung. Candi Gumpung
memiliki halaman yang sangat luas. Di halaman tersebut, terdapat lubang yang di
dalamnya terdapat bata-bata yang belum dipugar. Bata-bata tersebut masih berada
di dalam tanah dan nanti akan dipugar ulang. Bata-bata tersebut merupakan bata
asli dan ada beberapa bata yang hancur. Walaupun begiu, kita masih dapat
melihat susunan bata tersebut sampai ke bawah. Di sana terdapat patokan yang
membantu penyusunan bata-bata tersebut. Di sekitar halaman Candi Gumpung terdapat tembok-tembok pembatas atau pagar
yang merupakan penyekat dari ruang-ruang yang ada di sana. Jika bata-bata
tersebut disusun kembali, dapat menjadi tembok-tembok pembatas tersebut yang
ada pada kawasan Candi Gumpung. Di sana juga terdapat pagar dalam. Mereka (para
arkeolog) baru melakukan registrasi kemudian pengupasan, dan lain-lainnya, lalu
baru disusun ulang. Mereka menyusun bata-bata tersebut berdasarkan urutannya
dan menyusunnya di atasnya kembali. Mereka menemukan bata-bata tersebut sudah
cukup lama. Setelah mereka menemukannya, mereka melakukan sudi kelayakan apakah
bata-bata tersebut masih bisa disusun ulang lagi atau tidak. Jika bata yang
didapatkan masih bagus atau tidak hancur, mereka masih bisa melakukan
rekonstruksi. Jika tidak, maka mereka tidak akan melakukan rekonstruksi dan hanya
dibiarkan sesuai dengan bentuk yang mereka temukan. Bata yang asli terbuat dari
tanah liat dan lebih lembab, dibandingkan bata sekarang yang kering dan mudah
hancur. Untuk merekatkan bata-bata yang ada, para arkeolog menggunakan perekat
dari semen murni.
Fungsi
candi-candi yang ada ialah tempat seperti perguruan pada semua kawasan tersebut
yang memiliki luas 2612 hektar. Jika melihat struktur dan arsitek berbeda-beda.
Jika Candi Gumpung merupakan tempat ibadah, candi tersebut bisa menampung 1000
jemaat. Candi Gumpung memiliki halaman yang paling luas. Hal ini masih misteri,
apakah halaman tersebut digunakan untuk mempelajari mantera kuno atau yang
lainnya. Nama candi-candi yang ada di sini berasal dari warisan dari masyarakat
lokal yang tinggal di sana atau nenek moyang. Nama Candi Gumpung berasal dari
kata “gampung” yang artinya patah. Di dalam Candi Gumpung hanya terdapat bata,
tidak ada ruangan.
(Candi Gumpung)
- Lubang Umpak
Umpak
ini diperkirakan kalau bangunan tersebut ada tiang. Karena tiangnya terbuat
dari kayu, maka tidak ditemukan. Dahulu bangunan ini memiliki atap di sisi kiri
dan kanannya. Lubang umpak sendiri berfungsi sebagai pondasi untuk berdirinya
tiang bangunan tersebut.
Di
dalam satu komplek candi, terdiri dari bangunan utama (candi), parwara, pintu
gerbang, dan pagar keliling. Pada candi gumpung terdapat sekat-sekat ruangan
pada pagar dalam. Jadi, umpak tersebut terdapat di parwara.
(Lubang Umpak)
- Candi Tinggi
Nama
Candi Tinggi hanya pemberian dari masyarakat setempat karena candi tersebut
tinggi. Hal ini dikarenakan mereka belum bisa memastikan, termasuk fungsi dari
candi ini. Tapi, yang jelas kawasan Candi Muarojambi adalah tempat pendidikan Buddhist. Dalam satu kawasan pasti ada
tempat ibadah. Apakah Candi Tinggi, atau candi lainnya. Jika Candi Tinggi ialah
tempat ibadah, maka Candi Gumpung tempat apa? Tidak mungkin tempat ibadah
begitu berdekatan.
(Candi Tinggi -tampak depan-)
(Candi Tinggi -tampak samping-)
- Kanal
Kanal
ini digunakan untuk mengunjungi candi-candi menggunakan transportasi air pada
zaman dulu sekaligus sebagai sabuk pengaman kawasan. Jadi, kanal inilah pengaman
seluruh kawasan Candi Muarajambi. Misalnya pengaman dari banjir ataupun
kekurangan air. Jika ada serangan dari luar, mereka harus melewati kanal
terlebih dahulu, sehingga tidak langsung masuk ke dalam areal candi. Selain itu
juga sebagai pembatas kawasan.
(Kanal)
- Candi Kembar Batu
Di
sekitar Candi Kembar Batu terdapat parit keliling. Parit ini dibuat atas
kearifan lokal. Parit keliling dibuat terlebih dahulu kemudian baru dibuat
candinya. Fungsi parit ini sendiri untuk melindungi candi dan juga karena tanah
di sana termasuk dataran rendah. Sehingga ketika banjir, airnya masuk ke parit
dahulu. Jadi proses air untuk memasuki kawasan candi cukup lama, apalagi air
hujan semakin lama akan semakin surut. Fungsi kembar batu belum bisa
dipastikan. Banyak tumpukan-tumpukan Candi Parwara yang menyebar.
(Candi Kembar Batu -tampak dekat-)
(Candi Kembar Batu -tampak jauh 1-)
(Candi Kembar Batu -tampak jauh 2-)
Baiklah, segini dulu info yang saya beri. ^^ Masih ada beberapa candi lagi yang akan saya bahas pada Bagian 2. Terima kasih sudah membaca. :)
0 komentar:
Posting Komentar